jadikan dirimu sebagaI hiasan RoHani

Makalah ilmu perilaku kesehatan dan sos antro _kesmas


MAKALAH

ILMU PERILAKU DAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI

 PENYAKIT DIARE

 

udinus.jpg

  

Disusun Oleh :

Malinda Isnaini K                  D11.2013.01665


PROGDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO (UDINUS) SEMARANG

2015

 

                                                           BAB I

 


Penyakit diare merupakan masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai Negara terutama di Negara berkembang dan sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Anak-anak adalah kelompok usia rentan terhadap diare, insiden diare tertinggi pada kelompok anak usia dibawah dua tahun dan menurun dengan bertambahnya usia anak.

Adanya kesepakatan Internasional pada tahun 1970 dan 1980 untuk menurunkan angka kematian anak akibat diare menggunakan Oral Rehydration Saits (ORS) yang merupakan solusi yang efektif dan harga terjangkau. Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit, protozoa dan penularannya secara fekal-oral. Diare dapat  mengenai semua kelompok umur dan berbagai golongan social, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang dan erat hubungannya dengan kemiskinan serta lingkungan yang tidak higienis. Diare merupakan penyakit endemis yang terdapat disepanjang tahun dan puncak tertinggi pada peralihan musim penghujan dan kemarau. Diare berkaitan erat dengan sanitasi, akses terhadap air bersih dan perilaku hidup sehat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat. Meningkatkan pengetahuan masyarakat termasuk pengetahuan tentang hygiene kesehatan dan perilaku cuci tangan yang benar, dapat mengurangi angka kesakitan Diare sebesar 45%. Akses sanitasi disebut ‘baik’ yaitu bila rumah tangga menggunakan sarana benar dalam BAB 71,1% dan mencuci tangan dengan benar 23,2%.


Di Indonesia, secara nasional terdapat 16,2% rumah tangga yang pemakaian air bersihnya masih rendah yaitu 5,4% tidak memiliki akses pada air bersih dan 10,8% akses terhadap air bersih masih kurang, berarti mempunyai resiko tinggi untuk mengalami gangguan kesehatan/ penyakit. Dehidrasi merupakan salah satu komplikasi penyakit diare yang dapat menyebabkan kematian. Secara nasional, responden diare klinis yang mendapat oralit adalah 42,2%. Prevalensi diare cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan pengeluaran rumah tangga lebih rendah. Ini karena kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan pengeluaran rumah tangga yang rendah.

 


1. Apakah pengertian dari Penyakit Diare?

2. Teori apa yang digunakan dalam pengembangan ilmu perilaku penyakit diare?

3. Apa hubungan erat penyakit Diare dengan ilmu perilaku dan sosiologi antropologi?

 

BAB II



            Diare merupakan penyebab kurang gizi yang penting terutama pada anak. Diare menyebabkan anoreksia (kurangnya nafsu makan) sehingga mengurangi asupan gizi dan diare dapat mengurangi daya serap usus terhadap sari makanan. Dalam keadaan infeksi, kebutuhan sari makanan pada anak yang mengalami diare akan meningkat sehingga setiap serangan diare akan menyebabkan kekurangan gizi. Jika hal ini berlangsung terus-menerus akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan anak.

            Penularan penyakit diare yang melalui orofekal terjadi dengan mekanisme berikut:

1.    Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumber daya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan dirumah. Pencernaan dirumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

2.    Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap dimakanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang memakannya.

 

3.    Faktor-faktor yang meningkatkan risiko diare :

a.    Pemakaian botol kepada bayi meningkatkan risiko pencemaran kuman dan susu akan terkontaminasi oleh kuman dari botol. Kuman akan cepat berkembang bila susu tidak segera diminum.

b.    Menyimpan makanan pada suhu kamar. Kondisi tersebut akan menyebabkan permukaan makanan mengalami kontak dengan peralatan makan yang merupakan media yang sangat baik bagi perkembangan mikroba.

c.    Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan atau sesudah buang air besar (BAB) akan memungkinkan kontaminasi langsung.

Penyakit Diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain :

1.    Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah tidak berwarna, tidak berbau dna tidak berasa.

2.    Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar kuman penyakit.

3.    Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan untuk mematikan sebagian besar kuman penyakit.

4.    Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun.

5.    Menggunakan jamban yang sehat.

6.    Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.

 

B. Teori yang berkaitan dengan Penyakit Diare

Rounded Rectangle: PRESDIPORSING
-Pengetahuan anak tentang PHBS
-Sikap acuh terhadap kebersihan
- Pengetahuan ibu yang kurang akan penyakit diare.
           

 

 

                                                                                                                  

                                                                                                                                   

Rounded Rectangle: DIARE                                                                                                                    


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Perilaku sesorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Seseorang yang tidak mau berperilaku PHBS dapat disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat PHBS bagi anaknya (predisposing factors). Atau barangkali juga karena kurangnya penyuluhan PHBS (enabling factors). Sebab lain, mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lainnya disekitarnya dan juga keluarga tidak pernah mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat (reinforcing factors).

 

C. Hubungan penyakit Diare dengan Ilmu Perilaku dan Sosiologi Antropologi Kesehatan

      Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa penyakit Diare adalah penyebab kurang gizi yang penting terutama pada anak. Diare tersebut menyebabkan anoreksia (kurangnya nafsu makan) sehingga mengurangi asupan gizi dan diare dapat mengurangi daya serap usus terhadap sari makanan. Sehingga dalam hal ini perilaku sangat berhubungan erat dengan penyakit diare seperti perilaku anak-anak yang senang membeli jajanan dipinggir jalan yang mengandung banyak saos dan makanan yang dihinggapi lalat sehingga berefek pada diri anak itu sendiri seperti mual, muntah, pusing sehingga mengalami diare. Perilaku ini berhubungan dengan social budaya dimasyarakat yang selalu berfikir bahwa dengan memakan makanan yang dihinggapi lalat maka makanan itu aman untuk dikonsumsi sehingga hal itu akan dilakukan atau ditiru oleh anak-anak dari orang tuanya sendiri.

Dilihat dari Sosiologi Antropologi Kesehatan, berikut aspek yang perlu diketahui:

1.    Sosial Budaya

Kepercayaan masyarakat terhadap penyakit diare pada anak-anak khususnya balita apabila mengalami diare, pendapat masyarakat yaitu bertambah pintar.  Sehingga anak diberi air tajin atau air sisa beras.

2.    Ekologi (kondisi lingkungan)

Membuang tinja hasil pencernaan di sungai atau jamban dekat rumah sehingga bisa mencemari air dan membuat ikan-ikan kecil menjadi tidak sehat.

3.    Paleopatologi

Penggunaan kotoran manusia yang jika disusun kembali dapat memberikan informasi mengenai ada tidaknya parasit-parasit intestine. Kotoran manusia juga memberikan informasi mengenai jenis makanan manusia purba, terutama mengenai biji-bijian dan jenis gandum yang dimakan.

Kebanyakan orang-orang dewasa tidak minum susu karena minum susu menyebabkan penyakit perut yang disebabkan oleh sebab-sebab fisiologis dalam bentuk diare dan kejang-kejang perut. Karena orang Eropa umumnya dan keturunan mereka yang ada di berbagai tempat di dunia, juga penduduk-penduduk peternak sapi di Afrika Timur serta sejumlah penduduk dunia lainnya minum susu sampai mereka dewasa, maka diperlukan suatu penjelasan mengenai penolakan tersebut. McCracken mengemukakan suatu hipotesis yang cukup mengundang perhatian. Beliau mengajukan interpretasi genetic untuk menjelaskan variasi ini pada tingkatan lactase. Menurut intepretasi tersebut, defisiensi lactase pada banyak orang dewasa mewakili suatu genetika yang masih mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam suatu masa sebelum orang-orang dewasa mulai mengenal minuman susu. Namun ketika pengolahan susu berkembang sejak 5000 tahun yang lalu, melalui kekuatan seleksi ilmiah, orang dewasa mulai mengembangkan kemampuan untuk melanjutkan produksi lactase di sepanjang hidup mereka. Laktosa membentuk bagian yang penting dari makanan orang dewasa, kekurangan lactase individual merupakan kekurangan yang selektif dibandingkan dengan individu-individu penghasil lactase. “Maka kebiasaan makan dan tradisi dapat menghasilkan tekanan selektif yang memberi kesempatan lebih banyak bagi lebih dari satu tipe gen dari tipe gen yang lain”.

4.    Sistem medis

a.    Pada jaman nenek moyang menggunakan 2 buah manggis matang yang diambil kulitnya kemudian dicuci bersih lalu diiris-iris setelah itu direbus dengan 3 gelas air bersih dan ditunggu sampai mendidih dan membiarkan airnya menjadi setengahnya. Sesudah dingin, airnya disaring serta dimasukkan madu didalamnya. Dikonsumsi sehari 2 kali, sekali minum ¼  gelas.

b.    Makan buah salak atau buah pohon sagu agar tinja tidak cair lagi.

c.    Mencampurkan beberapa tetes cuka apel kedalam air putih dan langsung diminum.

d.    Merebus 10 gram daun kayu putih  yang sudah kering dalam 2 gelas air bersih hingga mendidih. Biarkan tetap mendidih dan airnya berkurang hingga setengahnya. Angkat dan dinginkan airnya. Setelah itu langsung diminum.

e.    Mencuci bersih 10 lembar daun jambu biji yang masih muda, kunyit sebesar telur ayam dan lempuyang 9 gram. Iris tipis-tipis dan rebus dalam 4 gelas air bersih hingga mendidih dan tersisa 3 gelas. Saring ramuan dan dinginkan. Diminum 4 kali dalam sehari hingga membaik.

f.      Memberikan garam oralit untuk mengganti cairan dalam tubuh yang hilang. Dengan melarutkan 1 sendok teh garam dan 8 sendok teh gula dalam 1 liter air matang. Minum dan habiskan 1 gelas.


5.    Inovasi

Dengan ditemukannya obat-obat antidiare seperti Oralit 200, Biodiar,Enteriquid, Dialac, Nodiar dan Mecodiar.

 



                                  


 

Diare disebabkan oleh mikroorganisme diare merupakan penyakit endemis begitu pula berkaitan dengan sanitasi kebersihan air dan perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS) seperti mencuci tangan yang benar maka dari itu pelayanan kesehatan harus lebih ditingkatkan. Karna  zaman sekarang orang masih memepercayai menurut budaya tetapi ada pula yang sudah berfikiran modern dengan ditemukan nya system medis maupun obat obatan untuk menyembuhkan penyakit diare tersebut

 

SARAN :       

 

·         Untuk orang orang yang masih mempercayai dengan budaya lama  diberi pengetahuan agar lebih mengerti cara hidup sehat

·         Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai terutama ditempat tempat terpencil

·         Pelayanan kesehatan yang memadai

·         Adanya bimbingan cara hidup bersih terutama bagi anak anak

 



 





 

 

 

0 komentar:

Post a Comment